Borobudur bij ondergande zon
Borobudur bij ondergande zon
Pelukis Mooi Indie, Willem Imandt, memilih untuk fokus pada lanskap alam dan masyarakat di Indonesia. Hal ini tidak hanya untuk menarik minat publik Eropa, tetapi juga untuk menghormati tradisi Buddha dan Hindu yang menganggap gunung sebagai tempat suci. Salah satu lukisannya adalah "Borobudur bij ondergande zon" yang menggambarkan kesucian Candi Borobudur.
Penggambaran ruang sakral oleh Willem Imandt dalam lukisan tersebut sangat berbeda dengan lukisan lanskap kosong karya Spies. Lanskap sakral yang digambarkan oleh kedua pelukis ini memprioritaskan alam dan tempat-tempat pemujaan monumental dan supernatural. Manusia tidak ditampilkan dalam lukisan-lukisan ini, dan hanya fokus pada Stupa Borobudur sebagai kehadiran suci Sang Buddha, selain itu pelukis juga tidak melukiskan relief yang ada pada bagian kiri lukisan.
Menurut data pengeboran, candi ini dibangun di atas puncak bukit buatan. Inti bukit terbuat dari batu andesit dan tuf, yang diyakini berasal dari zaman Miosen, dan merupakan bagian dari bagian utara bukit Menoreh. Bukit ini dipisahkan oleh cekungan sepanjang 20 km dari barat ke timur.
Candi-candi di Jawa, seperti Borobudur, Sewu, dan Prambanan, menampilkan interaksi antara arsitektur mereka dan gerak semu matahari. Sebuah penelitian sebelumnya menemukan bahwa jumlah stupa di Candi Borobudur berkaitan dengan jumlah hari dari titik kulminasi matahari di bulan Oktober hingga titik balik matahari di bulan Desember, yang berjumlah 72 hari. Penelitian lain mengenai fungsi stupa Candi Borobudur yang dilakukan oleh Simatupang menunjukkan bahwa stupa Candi Borobudur digunakan sebagai gnomon atau jam matahari. Penentuan gnomon didasarkan pada bayangan stupa Borobudur yang dihasilkan oleh matahari.
Informasi Lukisan
- Tahun 1920
- Pelukis Willem Imandt
- Bahan Kanvas, Cat Minyak
- Sumber Paul van der Velde
- Visit Website